Friday, July 6, 2012

WRITING

Apa yang ada di fikiranmu ketika sesuatu yang ada didalam dirimu memaksamu untuk menulis?
Apa yang tengah kamu pikirkan saat itu?
Sebuah cerita? Sebuah skenario dengan berbagai macam konflik?
Atau sebuah pembunuhan tragis? Atau malah kematian?

Menulis itu bisa saja kamu lakukan anywhere, anytime. Menulis gak pernah memandang segi cerita. Cerita apapun bisa kamu sajikan secara dahsyat, nikmat selama kamu bisa mengatur isinya dengan baik. 

Menulis itu sama halnya dengan kamu yang tengah beranjak dewasa. Kamu sebagai manusia yang tengah beranjak dewasa pasti akan dihadapkan dan diharuskan berkumpul dengan orang - orang yang mereka semua tidak akan pernah sepemikiran denganmu. Tapi, entah bagaimana caranya kamu dan mereka harus mendapatkan sesuatu yang fixed. Hasil yang fixed yang akan kamu perlihatkan kepada mereka disaat kamu akan memulai presentasi mungkin. Atau musyawarah dalam suatu rapat mungkin. Itu bisa saja terjadi. 

Sehingga, untuk menghindari terjadinya kesalah pahaman antar manusia ini. Kita memang diwajibkan untuk mampu membawa diri kita bagaimana dalam lingkup sosial ini. Jika, lingkup sosial ini terlalu buruk untuk kita sebagaimana kita harus menyikapinya. Dan bila lingkup sosial ini baik untuk kita, bagaimana pula kita harus menyikapinya. 

Setiap jalan tidak semua harus disikapi dengan cara dan pemikiran yang sama. Seperti yang sudah aku katakan sebelumnya bahwa setiap manusia hadir tidak dengan pemikiran yang sama. Sehingga, ada saja permasalahan di dunia ini. Ya tentu saja karena kehendak mereka yang terlalu menggebu - gebu dan pemikiran yang jelas berbeda serta ketidak mauan mereka dalam menerima pendapat orang lain. Hal itu yang terkadang didalam kemunafikan diri kita yang tidak bisa kita hindari. 

Suatu ketika kadang kita berfikir bahwa apa yang sudah jadi pemikiran kita itu harus bisa terlaksana tanpa memikirkan risiko mereka. Hanya menguntungkan diri kita sendiri. Namun, pada kenyataannya mereka yang lain juga sama dengan kita. Sehingga terciptalah suatu masalah yang kadang berujung hingga meja hijau. Sebenarnya, kita terlalu pengecut untuk mengakui bagaimana diri kita ini. Bagaimana sebenarnya diri kita. Kita membaguskan diri kita di depan orang lain. Mengubah perilaku buruk kita. Agar mereka tidak memandang kita hanya sebelah mata. Namun, lihat mereka yang tengah berjalan dengan diri yang apa adanya? Tidak ada satupun yang menyapa. Bahkan mengacuhkan muka begitu saja.

Dimana diri manusia yang sebenarnya? Bukankah apa yang dia perlakukan itu adalah dirinya sendiri? 
Coba di renungkan baik - baik. Dan dipikirkan. 

No comments:

Post a Comment